Persoalan dan tantangan teratasilah oleh hikmat dari Tuhan, wujudkan sosok yang benar

Rabu, 15 Oktober 2014

Sempurna Dalam Kebaikan ; 2 Tesalonika 1:11-12

Bagaimana seharusnya kita menjalani keidupan ini? Inilah sebuah pertanyaan yang harus kita jawab dalam perjalanan kehidupan kita ini. Pentingnya kita selalu mengajukan pertanyaan yg sederhana itu adalah agar kita tidak lupa diri, dan tau berterimakasih kepada Dia di dalam hidup yang kita jalani ini. Ketika kita di dalam satu ruangan ini dipertanyakan pertanyaan yg sama, maka pasti akan muncul jawaban yang beraneka ragam dengan berbagai alalsannya. Umumnya, semua akan berbeda dalam menjawabnya, mengingat setiap orang mempunyai sudut pandangnya sendiri dalam menentukan bagaimana seharusnya ia menjalani kehidupan ini.

Coba kita mengingat kembali, sudah berapa banyak orang yg telah berlelah berbicara kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini? Dan bagaimana kita menanggapinya? Mungkin saja ada yg secara utuh diterima, namun ada juga yg hanya sebagian, dan ada juga yg tidak menerima, tapi ada juga manggut-manggut tanda menerima nasihat dan arahan untuk mrnyikapi kehiduap yg berjalan namun tidak dilakukan, masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata “sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah,  yang telah kamu terima” (2 Kor 6:1). Apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus ini mengingatkan dan sekaligus mengajarkan kita akan suatu tanggung jawab yg besar yang dari Allah untuk kita lakukan dalam kehidupan yang sementara kita jalani ini, apa yang dituliskan oleh Paulus ini bertolak dari apa yang ia dapati bahwa banyak orang yang tidak mengerti apa arti hidup ini dan bagaimana kita harus hidup sebagai orang percaya dalam Kristus Tuhan. Paulus menyadari dengan sungguh bahwa orang percaya dalam Kristus menerima kasih karunia dan keselamatan dari Allah. Namun Paulus mengingatkan kembali bahwa kasih karunia itu harus dinyatakan dalam kehidupan secara utuh, agar karya keselamatan yang dari Allah menjadi sempurna dalam kehidupan ini.kecerobohan rohani dan dosa yang menghalangi kita untuk berbagi dengan seksama, siapapun dia.

Dalam kesempatan lain, Paulus pun mengatakan “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” (Fil 4:5). Kita harus percaya bahwa Tuhan dapat datang sewaktu-waktu, hal ini juga yang mengemuka dalam Perjanjian Baru bahwa kedatangan Kristus sudah dekat, karena itu kita harus selalu siap sedia menyambut-Nya. Lepas dari kapan Tuhan datang, maka saat ini kita harus menyatakan kemurahan hati Tuhan dalam kehidupan kita yang kita wujud nyatakan dalam seluruh aktifitas kita. Melalui perbuatan kita yang baik maka disana kita menyatakan kasih Allah.  Dan ketika kita menyatakan kebaikan bagi sesama di dalam Tuhan, maka secara langsung kita memuliakan-Nya, dan kita sempurna dalamkebaikan. Ingatlah bahwa sukacita memberi karena kasih Tuhan dalam tidak tergantung pada kondisi luar kita, tetapi pada keakraban hubungan dengan sesama dan Tuhan.

Untuk menjembatani  perikop ini, saya mengajak kita untuk melihat apa yang dikatakan dalam 1Yoh 4:19 “kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”. Bagian ini penting untuk kita perhatikan dan nyatakan dalam kehidupan kita setiap harinya. Allah adalah sumber kasih, Dialah kasih itu sendiri, dan tiada kasih di luar diri-Nya. Hal ini berarti tidak ada yg memiliki kasih kecuali ia ada di dalam Kristus dan sebaliknya seseorang yg ada di dalam Dia pasti memiliki kasih. Sebuah kebaikan yang dilakukan tanpa pamrih selalu dinyatakan dalam kasih. Semua bentuk kebaikan , kemurahan, kelemahlembutan, kesediaan meolong, kepedulian dan kejujuran, akan menjadi hambar tanpa kasih. Bukankah lebih banyak kita menolongg orang bertolak dari pamrih, karena ia pernah menolong saya maka saya pun menolong dia? Siapa pun dia, ketika ia melakukan kasih Allah dalam hidup sebagai wujud tanggung jawab iman maka kebaikan hatinya akan dikenang dan nama Tuhan akan dimuliakan.
Karena itu kami (untuk menegaskan apa  yg menjadi penekanan Paulus dalam ayat 5-10) senantiasa berdoa juga untuk  kamu supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya (makna kata panggilan pada umumnya mengacu pada panggilan Allah untuk masuk dala karya keselamatan yang dikerjakan-Nya melalui mereka, agar orang-orang pilihan itu jangan lekas bingung dan gelisah (2Tes 2:2). Beberapa teolog beranggapan bahwa bagian ayat 11 ini merupaka kelanjutan dari pokok pikiran yang terputus dari ayat 5. Yang pada intinya Rasul Paulus hendak menyatakan dalam doanya agar pengabdian mereka sesuai dengan rencana Allah. Dengan kata lain, dalam doanya, Paulus memohon agar Allah kiranya menyempurnakan kegirangan atau kesenangan atau kesukacitaan orang-orang pilihan Allah ini untuk berbuat baik.
Dari gambaran itu kita menemukan bahwa itulah yang dimaksud dengan perbuatan iman atau pekerjaan iman (lih. Ayat 3; bdk 1Yoh 4:19). Mereka dapat melakukan itu karena kekuatan Allah. Dan dalam konteks tersebut, kasih yang mereka nyatakan merupakan wujud syukur karena Allah telah mengasihi mereka. Jadi, ditengah berbagai cobaan bahkan hambatan (menderita karena kerajaan Allah) tidak menjadikan mereka kecil hati tetapi justru di tengah situasi seperti itu kasih dan kebaikan hati mereka semakin bertumbuh dan kuat. Dapat kita garisbawahi bahwa karena Allah maka semua itu menjadi sempurna, sehingga nama Tuhan Yesus dimuliakan di dalam kamu (ayat 12).
Harus kita sadari dengan benar bahwa hanya ada satu cara untuk bertahan dan berdiri dalam pencobaan yakni berdoa dan bersandar pada Tuhan ~ bahkan di tengah pencobaan, kesulitan hidup, keterasingan, bahkan ditenga penganiayaan mereka salng memperdulikan satu dengan  yang lain. Kenyataan ini ada hanya ketika mereka bersandar pada Tuhan (ayat 4).  Dengan terus bersandar dan mengandalkan Tuhan, maka yang Nampak dalam hidup ini adalah bahwa nyata  nama Yesus dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia. “kamu di dalam Dia” menunjuk pada kesatuan hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya. Kesempurnaan dalam kebaikan hanya dapat terjadi diantara sesama bila Allah berkenan dan Allah melanjutkan kasih setia bagi mereka yang bersandar pada-Nya. Sesungguhnya, sempurnanya suatu perbuatan baik akan terasa dan menjadi lengkap bila dilakukan dalam iman dan kasih yang dari Kristus.



sumber: redaksi GPIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar