Persoalan dan tantangan teratasilah oleh hikmat dari Tuhan, wujudkan sosok yang benar

Selasa, 07 Oktober 2014

Politik Panggung Sandiwara

Ini sebenarnya merupakan sebuah review pada saat menonton Sentilan Sentilun di MetroTV. Yaa baru-baru ini belum lama kan kita baru saja mengalami dinamika yang luar biasa yaitu diambil alih hak kita untuk memilih oleh DPR. Nah sebenarnya yang akan dibahas sekarang bukanlah tentang Koalisi Merah Putih (KMP), tetapi kepada suatu partai yang menjadi partai pemerintah yaitu Demokrat.

Kita semua melihat sendiri kalau mereka (Demokrat) mengambil jalan keluar, dalam arti sebenarnya. Aksi WalkOut yang dilakukan Fraksi Partai Demokrat akhirnya seperti menjadi Power Up bagi KMP ketika memperjuangkan untuk menjadikan Pilkada menjadi tidak langsung. Padahal sudah sempat diberitakan bahwa SBY selaku presiden RI menginstruksikan untuk All Out. Akhirnya terjadi satu fenomena seperti yang kita tahu, voting dimenangkan telak oleh KMP.

Tidak lama kemudian keluar pemberitaan di media massa kalau SBY mengaku kecewa. Akhirnya dia mengatakan  kalau akan mencari dalang dibelakang aksi tersebut. Padahal sudah menjadi terang kalau dia adalah Ketua Umum, Ketua Dewan Penasihat dan Ketua yg lainnya. Menjadi pertanyaannya adalah apakah berani ada yang melawan seseorang di dalam partai yang sama dengan jabatan setinggi SBY. Sehingga, jika kita melihat pernyataannya di TV kalau dia marah, kecewa, tetapi apa yang tahu di belakang?


Kemudian sekarang muncul suatu rancangan Perpu yang dikeluarkan SBY. Tapi jelas sekali kalau itu sia-sia karena Perpu itupun harus disetujui kembali oleh DPR. Sedangkan DPR saja sudah diketahui dengan jelas kemana arah mereka. Muncul lagi suatu pernyataan kalau SBY tidak akan menandatangani RUU Pilkada tersebut. Toh tidak berguna juga, karena daam tempo 30 hari juga RUU tersebut akan sah. Okelah kita hargai perjuangannya, setidaknya SBY sudah berjuang.


Kembali melihat pada saat RUU Pilkada telah selesai dilakukan voting, Mendagri yang pada saat ini masih seorang Gamawan Fauzi yang notabene adalah perpanjangan tangan SBY sendiri tidak ada respon terhadap RUU. Seharusnya jika memang SBY dari awal ingin memperjuangkan Pilkada langsung, dia bisa melalui Mendagri pada saat akan mensahkan RUU mengatakan kalau dia tidak setuju, bukannya malah ‘akan mencari dalangnya’. Ya gak akan ketemu dong, dalangnya siapa lagi memang yang berani melawan sesorang dengan jabatan setinggi anda pak.

Sekarang kita lihat keseriusan SBY. Padahal dia mempunyai 2 tangan, Fraksi Demokrat dan Mendagri pada saat Rapat tersebut. Harusnya jika memang dia sebagai Ketum menginginkan Pilkada secara langsung, ya Fraksi harus memperjuangkannya. Jangan karena 1 dari 10 opsi yang tidak disetujui kemudian memilih walk out, berarti tidak jelas arah tujuannya atau bisa jadi memang sebuah scenario untuk meng-golkan Pilkada tidak langsung dengan iming-iming MPR. Bayangkan saja ini menurut Hanta Yudha, ada pesawat yang ingin berangkat ke Medan dengan kuota 10 orang. Kemudian 9 sudah terisi dan kurang 1 pesawat tidak jadi ke Medan tetapi berangkat ke Surabaya. Sama seperti yang terjadi pada saat itu di rapat Paripurna. Tidak jelas apakah dia memang serius ingin Pilkada langsung atau hanya sebuah sandiwara.

Kemana arah Indonesia ini .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar