Kamu Adalah Sahabatku

Mencari dan menemukan seorang teman, kawan atau sahabat sejati tentu tidak mudah. Sebab banyak orang punya kepentingan dalam hal berteman atau bersahabat. Pertemanan atau persahabatan demi kepentingan pribadi bersifat sementara; tidak abadi. Ada orang yang berteman atau bersahabat jika hal itu menguntungkan baginya. Jika tidak menguntungkan maka persahabatannya akan berakhir. Ada juga yg berteman atau bersahabat di kala senang atau bahagia. Ketika keadaan senang dan bahagia ia akan setia dan selalu bersama kita. Tetapi jika keadaan susah dan sedih, ia akan meninggalkan kita.

Persahabatan adalah pengalaman indah dalam hidup seseorang. Kita ingat syair lagu barat “That’s what friends are for” yang terkenal di tahun 70-an, yang menggambarkan kehadiran sahabat justru pada saat temannya kesepian. Sahabat yang baik dapat diandalkan. Persahabatan kadang digambarkan melebihi kemesraan hubungan dalam institusi keluarga. Bahkan justru karena tiadanya keterikatan formal, maka dalam persahabatan ada keterbukaan, ada kasih yang sejati, bahkan pengorbanan.

Tuhan Yesus mengajarkan para murid tentang arti menjadi sahabat sejati. Seorang sahabat sejati selalu mengerti keadaan teman-temannya. Sahabat sejati selalu mengasihi teman-temannya dengan kasih yang tulus; ia hadir bagi teman-temannya di kala sedih atau susah, saat senang atau sukacita. Sahabat sejati selalu mengatakan sesuatu secara terus terang dan apa adanya kepada teman-temannya; tidak merahasiakan atau menutupi suatu apapun. Sahabat sejati selalu siap berkorban, bahkan rela memberikan seluruh nyawa atau hidup bagi teman-temannya. Tuhan Yesus tidak sekedar mengajar; Ia juga memberi teladan dengan cara menjadikan diri-Nya sahabat sejati bagi para murid-Nya. Tujuannya agar para murid juga dapat menjadi sahabat sejati bagi Tuhan Yesus dan bagi sesamanya dengan cara mengasihi Dia dan setia melakukan perintah-Nya serta mengasihi sesama.

Ada banyak orang Kristen lebih ingin menjadi sahabat dunia dan mengasihi dunia daripada mengasihi Tuhan Yesus dan menjadi sahabat-Nya. Orang yang demikian, meskipun hidupnya tampak bahagia, tetapi hanya sementara karena dunia akan meninggalkan dia atau dia akan meninggalkan dunia. Yesus telah menjadikan kita sebagai sahabat-Nya. Bagaimana sikap kita kepada-Nya?